Minggu Adven 1 ( Ungu )
Allah Hadir Tanpa Bisa Diduga
Bacaan I : Yesaya 2:1-5
Tanggapan : Mazmur 122,
Bacaan II : Roma 13:11-14
Bacaan Injil : Matius 24:36-44
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus, minggu ini kita
memasuki Minggu Adven I. Masa Adven akan berlangsung selama empat minggu
sebelum Natal.
Masa ini disebut juga dengan Masa Penantian. Selama empat minggu
sebelum Natal, kita diajak untuk menghayati penantian kita akan kehadiran Tuhan
Yesus Kristus. Masa Adven haruslah kita hayati dari dua perspektif, yaitu masa
lampau dan masa depan. Dalam perspektif masa lampau, masa adven membantu kita
untuk menghayati minggu-minggu sebelum kelahiran Yesus. Saat-saat yang
menegangkan di mana kelahiran
Yesus diwarnai dengan situasi yang menegangkan, pembunuhan terhadap para bayi
dan pergumulan tokoh-tokoh seputar kelahiran Yesus. Dalam perspektif masa
depan, masa adven adalah masa kita menantikan kehadiran Yesus yang kedua kali.
Setelah Yesus menderita sengsara, mati di kayu salib lalu dibangkitkan, Ia
terangkat ke sorga dan berjanji akan datang kembali ke dunia. Sejak saat itu,
Yesus hadir dalam rupa roh di tengah dunia. Karenanya, kehadiran Yesus pada
saat ini hanya bisa kita rasakan apabila kita memiliki kepekaan rohani. Dengan
cara inilah kita bisa memahami bahwa masa penantian juga kita pahami sebagai
penantian akan kehadiran Yesus secara fisik untuk kedua kalinya. Itulah yang
disebut dengan hari akhir. Kapan tepatnya, tidak ada seorang pun yang tahu.
Alkitab hanya memberikan tanda-tandanya; banyaknya bencana yang terjadi,
rupa-rupa penyakit yang ditemukan, kejahatan yang semakin merajalela. Di sinilah perlu kejelian kita untuk
menafsirkan segala peristiwa dan apa yang tertulis didalam Alkitab.
Kedatangan Tuhan Yesus yang tak
terduga, digambarkan seperti dalam peristiwa air bah di jaman Nuh. Banyak orang yang tidak menghiraukan
nasihat Nuh supaya mereka waspada karena air bah akan datang. Bukannya
berjaga-jaga, mereka malah makan dan minum, kawin dan mengawinkan. Aktivitas
makan dan minum, kawin dan mengawinkan pada dasarnya adalah perbuatan-perbuatan
yang wajar untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Perbuatan-perbuatan itu pada
dasarnya adalah kudus dihadapan Allah. Bahkan kadang-kadang, makan minum
dipakai untuk menunjukkan ikatan kekeluargaan dan persekutuan. Namun, menjadi
tidak wajar apabila aktivitas-aktivitas itu dilakukan sekedar untuk
bersenang-senang. Dilakukan tanpa tujuan yang jelas, sekedar pengisi waktu
luang atau memuaskan hawa nafsu. Sehingga mereka menjadi tidak waspada ketika
air bah sungguh datang. Karena itu, kedatangan Tuhan yang kedua bisa menjadi
sumber sukacita bagi orang yang menanti dengan penuh kewaspadaan; yang mengisi
masa penantian itu dengan cara yang tepat. Mereka akan memperoleh sukacita
sebab yang dinantikan sudah datang. Namun, bagi orang yang tidak waspada, ia
akan menuai kehancuran.
Jadi, kedatangan Tuhan yang tak
terduga itu harus kita respon dengan sikap berjaga-jaga. Sikap berjaga-jaga itu
terwujud secara eksistensial dalam 3 sikap:
1. Memiliki Tujuan yang Jelas
Mazmur 122 menggambarkan sukacita
umat Tuhan yang hendak pergi menuju suatu tujuan, yaitu Yerusalem. Di sanalah
ada rumah Tuhan; tempat di mana
Tuhan berdiam, tempat di mana
disimpan tahta Daud, lambang kejayaan dan keadilan. Tujuan yang tepat dan jelas
mampu mengobarkan semangat umat sehingga apa pun akan dilakukan demi sampai di
tempat yang dituju.
Kehidupan umat percaya seumpama
seseorang yang hendak menuju ke suatu tujuan. Ia harus punya tujuan yang tepat
dan jelas. Tujuan kita bukanlah Yerusalem secara fisik, namun Yerusalem rohani
yang kita hadirkan dalam kehidupan kita di mana Tuhan
mendiami diri kita sebagai 'rumah-Nya', sebagai tempat Ia menunjukkan keadilan-Nya. Itulah
Yerusalem rohani, yang menjadi tujuan hidup kita.
2. Tetap Fokus pada Tujuan
Yesaya 2:1-5 menggambarkan apa
yang akan terjadi di akhir jaman. Pada saat itu, bangsa-bangsa akan
berduyun-duyun datang ke Yerusalem rohani; bukan suatu tempat namun sebuah
suasana. Mereka akan datang ke Yerusalem, tempat Tuhan berada untuk memperoleh
hikmat dan pengajaran firman Tuhan. Hasil dari pengajaran itu adalah
"mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan
tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat
pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang" (ay. 4). Segala sesuatu yang
mematikan; pedang dan tombak dialihfungsikan menjadi sesuatu yang menghidupkan.
Energi untuk mengangkat pedang dengan tujuan memusnahkan, dipakai untuk
'berjalan bersama dalam terang Tuhan' (ay. 5).
Sebagaimana suasana hari
kedatangan Tuhan digambarkan Yesaya sebagai sebuah suasana penuh damai
sejahtera, maka dalam menantikan kedatangan-Nya kita pun mengusahakan damai
sejahtera. Menggantikan tindakan-tindakan yang bersifat destruktif, menjadi
konstruktif. Mengubah kata-kata, tindakan dan pikiran yang membunuh kreatifitas
sesama menjadi kata-kata, tindakan dan pikiran yang membangun sesama. Dengan
demikian kita belajar untuk tetap fokus pada tujuan, yaitu menuju Yerusalem
baru, sebuah suasana penuh dengan damai sejahtera.
3. Mengusahakan Kualitas Hidup
Melalui suratnya kepada jemaat di
Roma, Rasul Paulus menyampaikan pengharapan untuk dapat menemukan buah iman di
tengah kehidupan jemaat. Roma 13:11-14 merupakan nasihat Rasul Paulus agar
jemaat bersiap-siap menyambut keselamatan yang sudah lebih dekat. Ibarat malam
yang sebentar lagi berganti siang. Setiap orang harus terjaga dari tidur dan
mengenakan perlengkapan menyambut terang yang akan datang. Perbuatan-perbuatan
kegelapan ditanggalkan, yaitu segala perbuatan yang dilakukan bukan berdasarkan
kebutuhan, melainkan demi memuaskan hawa nafsu dunia. Masa penantian haruslah
diisi dengan aktivitas hidup yang berkualitas. Setiap waktu yang dilalui
dipakai untuk menghasilkan pekerjaan-pekerjaan yang bermutu, yang bermanfaat
dan memberi buah untuk diri sendiri dan sesama, yaitu; sopan, bukan pesta pora
dan kemabukan, bukan percabulan dan hawa nafsu, bukan perselisihan dan iri
hati. Rasul Paulus mengatakan, "Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus
sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk
memuaskan keinginannya" (ay.
14).
Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus, sudah berapa
lamakah anda menjadi
pengikut Kristus? Apakah tujuan hidup anda sebagai pengikut Yesus Kristus? Dan, apakah kehidupan yang anda jalani cukup
berkualitas, memberikan buah-buah yang manis dan baik bagi diri kita dan
terlebih bagi sesama? Inilah tantangan untuk kita lakukan di masa penantian ini. Sebab, kedatangan
Tuhan tidak ada satu orang pun yang tahu. Tetapi kita semua tahu, bahwa Ia pasti akan datang. Karena
itu, mari kita pergunakan waktu penantian ini dengan menampilkan hidup di dalam
terang, di mana Tuhan menjadi tuan atas diri kita. Amin.***
Sumber : www.gkj.or.id
Sumber : www.gkj.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar