Selamat Datang di Blog GKJ Kismorejo Karanganyar, Semoga dapat menjadi berkat bagi kita. Visi : “Mitra Allah Yang Tangguh Mewujudkan Damai Sejahtera”. Tuhan Memberkati.

Jumat, 29 November 2013

Khotbah Jangkep, Minggu 1 Desember 2013

Minggu Adven 1 ( Ungu ) 

Allah Hadir Tanpa Bisa Diduga 

Bacaan I                                : Yesaya 2:1-5
Tanggapan                             : Mazmur 122,
Bacaan II                               : Roma 13:11-14
Bacaan Injil                            : Matius 24:36-44

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus, minggu ini kita memasuki Minggu Adven I. Masa Adven akan berlangsung selama empat minggu sebelum Natal.
Masa ini disebut juga dengan Masa Penantian. Selama empat minggu sebelum Natal, kita diajak untuk menghayati penantian kita akan kehadiran Tuhan Yesus Kristus. Masa Adven haruslah kita hayati dari dua perspektif, yaitu masa lampau dan masa depan. Dalam perspektif masa lampau, masa adven membantu kita untuk menghayati minggu-minggu sebelum kelahiran Yesus. Saat-saat yang menegangkan di mana kelahiran Yesus diwarnai dengan situasi yang menegangkan, pembunuhan terhadap para bayi dan pergumulan tokoh-tokoh seputar kelahiran Yesus. Dalam perspektif masa depan, masa adven adalah masa kita menantikan kehadiran Yesus yang kedua kali. Setelah Yesus menderita sengsara, mati di kayu salib lalu dibangkitkan, Ia terangkat ke sorga dan berjanji akan datang kembali ke dunia. Sejak saat itu, Yesus hadir dalam rupa roh di tengah dunia. Karenanya, kehadiran Yesus pada saat ini hanya bisa kita rasakan apabila kita memiliki kepekaan rohani. Dengan cara inilah kita bisa memahami bahwa masa penantian juga kita pahami sebagai penantian akan kehadiran Yesus secara fisik untuk kedua kalinya. Itulah yang disebut dengan hari akhir. Kapan tepatnya, tidak ada seorang pun yang tahu. Alkitab hanya memberikan tanda-tandanya; banyaknya bencana yang terjadi, rupa-rupa penyakit yang ditemukan, kejahatan yang semakin merajalela. Di sinilah perlu kejelian kita untuk menafsirkan segala peristiwa dan apa yang tertulis didalam Alkitab.
Kedatangan Tuhan Yesus yang tak terduga, digambarkan seperti dalam peristiwa air bah di jaman Nuh. Banyak orang yang tidak menghiraukan nasihat Nuh supaya mereka waspada karena air bah akan datang. Bukannya berjaga-jaga, mereka malah makan dan minum, kawin dan mengawinkan. Aktivitas makan dan minum, kawin dan mengawinkan pada dasarnya adalah perbuatan-perbuatan yang wajar untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Perbuatan-perbuatan itu pada dasarnya adalah kudus dihadapan Allah. Bahkan kadang-kadang, makan minum dipakai untuk menunjukkan ikatan kekeluargaan dan persekutuan. Namun, menjadi tidak wajar apabila aktivitas-aktivitas itu dilakukan sekedar untuk bersenang-senang. Dilakukan tanpa tujuan yang jelas, sekedar pengisi waktu luang atau memuaskan hawa nafsu. Sehingga mereka menjadi tidak waspada ketika air bah sungguh datang. Karena itu, kedatangan Tuhan yang kedua bisa menjadi sumber sukacita bagi orang yang menanti dengan penuh kewaspadaan; yang mengisi masa penantian itu dengan cara yang tepat. Mereka akan memperoleh sukacita sebab yang dinantikan sudah datang. Namun, bagi orang yang tidak waspada, ia akan menuai kehancuran.
Jadi, kedatangan Tuhan yang tak terduga itu harus kita respon dengan sikap berjaga-jaga. Sikap berjaga-jaga itu terwujud secara eksistensial dalam 3 sikap:
1.      Memiliki Tujuan yang Jelas
Mazmur 122 menggambarkan sukacita umat Tuhan yang hendak pergi menuju suatu tujuan, yaitu Yerusalem. Di sanalah ada rumah Tuhan; tempat di mana Tuhan berdiam, tempat di mana disimpan tahta Daud, lambang kejayaan dan keadilan. Tujuan yang tepat dan jelas mampu mengobarkan semangat umat sehingga apa pun akan dilakukan demi sampai di tempat yang dituju.
Kehidupan umat percaya seumpama seseorang yang hendak menuju ke suatu tujuan. Ia harus punya tujuan yang tepat dan jelas. Tujuan kita bukanlah Yerusalem secara fisik, namun Yerusalem rohani yang kita hadirkan dalam kehidupan kita di mana Tuhan mendiami diri kita sebagai 'rumah-Nya', sebagai tempat Ia menunjukkan keadilan-Nya. Itulah Yerusalem rohani, yang menjadi tujuan hidup kita.
2.      Tetap Fokus pada Tujuan
Yesaya 2:1-5 menggambarkan apa yang akan terjadi di akhir jaman. Pada saat itu, bangsa-bangsa akan berduyun-duyun datang ke Yerusalem rohani; bukan suatu tempat namun sebuah suasana. Mereka akan datang ke Yerusalem, tempat Tuhan berada untuk memperoleh hikmat dan pengajaran firman Tuhan. Hasil dari pengajaran itu adalah "mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang" (ay. 4). Segala sesuatu yang mematikan; pedang dan tombak dialihfungsikan menjadi sesuatu yang menghidupkan. Energi untuk mengangkat pedang dengan tujuan memusnahkan, dipakai untuk 'berjalan bersama dalam terang Tuhan' (ay. 5).
Sebagaimana suasana hari kedatangan Tuhan digambarkan Yesaya sebagai sebuah suasana penuh damai sejahtera, maka dalam menantikan kedatangan-Nya kita pun mengusahakan damai sejahtera. Menggantikan tindakan-tindakan yang bersifat destruktif, menjadi konstruktif. Mengubah kata-kata, tindakan dan pikiran yang membunuh kreatifitas sesama menjadi kata-kata, tindakan dan pikiran yang membangun sesama. Dengan demikian kita belajar untuk tetap fokus pada tujuan, yaitu menuju Yerusalem baru, sebuah suasana penuh dengan damai sejahtera.
3.      Mengusahakan Kualitas Hidup
Melalui suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menyampaikan pengharapan untuk dapat menemukan buah iman di tengah kehidupan jemaat. Roma 13:11-14 merupakan nasihat Rasul Paulus agar jemaat bersiap-siap menyambut keselamatan yang sudah lebih dekat. Ibarat malam yang sebentar lagi berganti siang. Setiap orang harus terjaga dari tidur dan mengenakan perlengkapan menyambut terang yang akan datang. Perbuatan-perbuatan kegelapan ditanggalkan, yaitu segala perbuatan yang dilakukan bukan berdasarkan kebutuhan, melainkan demi memuaskan hawa nafsu dunia. Masa penantian haruslah diisi dengan aktivitas hidup yang berkualitas. Setiap waktu yang dilalui dipakai untuk menghasilkan pekerjaan-pekerjaan yang bermutu, yang bermanfaat dan memberi buah untuk diri sendiri dan sesama, yaitu; sopan, bukan pesta pora dan kemabukan, bukan percabulan dan hawa nafsu, bukan perselisihan dan iri hati. Rasul Paulus mengatakan, "Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya" (ay. 14).
Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus, sudah berapa lamakah anda menjadi pengikut Kristus? Apakah tujuan hidup anda sebagai pengikut Yesus Kristus? Dan, apakah kehidupan yang anda jalani cukup berkualitas, memberikan buah-buah yang manis dan baik bagi diri kita dan terlebih bagi sesama? Inilah tantangan untuk kita lakukan di masa penantian ini. Sebab, kedatangan Tuhan tidak ada satu orang pun yang tahu. Tetapi kita semua tahu, bahwa Ia pasti akan datang. Karena itu, mari kita pergunakan waktu penantian ini dengan menampilkan hidup di dalam terang, di mana Tuhan menjadi tuan atas diri kita. Amin.***

Sumber : www.gkj.or.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar