Pertumbuhan
Gereja Kristen Jawa Karanganyar berawal dari pertumbuhan Gereja Kristen Jawa
Karanganyar di Kismorejo. Sedang Gereja Kristen Karanganyar di Kismorejo
pertumbuhannya berawal dari pertumbuhan
dan perkembangan Gereja Kristen Jawa Margoyudan Surakarta.
Pertumbuhan
Gereja Kristen Jawa di sebelah timur Bengawan Sala telah berlangsung sejak
tahun 1916. Perkembangan ini disebabkan adanya pemecahan Gereja Kristen Jawa di
Surakarta, menjadi GKJ Klasis Surakarta Timur dan GKJ Klasis Surakarta Barat.
Selanjutna pemecahan itu dilaksanakan sebagai berikut :
1.
Jemaat Margoyudan dengan wilayah bagian utara Kotamadya
Surakarta, Kabupaten Sragen dan Kabupaten
Karanganyar.
2.
Jemaat Danukusuman ( Sekarang Joyodiningratan ) dengan
wilayahnya bagian selatan Kotamadya Surakarta, daerah Kabupaten Sukoharjo dan
Kabupaten Wonogiri.
3.
Jemaat Tumenggungan (
Sekarang Manahan ) dengan wilayahnya sebelah barat Kotamadya Surakarta,
Colomadu (daerah Karanganyar), Kartasura (daerah Sukoharjo) sampai sebagian
daerah Kabupaten Boyolali.
Dengan hasil
perkembangan yang baik, maka sejak 1916 didirikan Pepanthan di Karanganyar yang
berpusat di Kismorejo,yang merupakan pepanthan dari GKJ Margoyudan. Dalam
perkembangan seterusnya, Pepanthan Kismorejo juga mengembangkan diri dengan
membuka pepanthan baru yaitu Pepanthan Karanganyar. Pepanthan Karanganyar
pertumbuhannya lebih cepat sehingga pada tahun 1937 Pepanthan Karanganyar
didewasakan oleh GKJ Margoyudan dengan memiliki 6 Pepantan yaitu Karanganyar,
Bangsri, Karangpandan, Matesih, Mojosongo dan Tawangmangu. Sampai tahun 1968
GKJ Karanganyar belum mempunyai Pendeta sehingga masih dilayani Pendet
Konsulen. Kecuali Pepanthan-pepanthan tersebut di atas, di Kabupaten
Karanganyar masih terdapat Pepanthan Selokaton yang menginduk GKJ Margoyudan,
Pepanthan Malangjiwan yang menginduk GKJ Manahan dan Pepanthan Seloromo,
Menjing, Jambangan yang menginduk GKJ Sragen.
Pada Tahun
1969 GKJ Karanganyar memanggil Pendeta Ds. Siswondo Hardipramana yang
ditabiskan pada 16 Januari 1969. Pada waktu itu GKJ Karanganyar mempunyai
Pepanthan Karanganyar, Bangsri, Matesih, Tawangmangu, Ngargoyoso, Gondosuli,
Karanglo, Sedayu. Sedangkan Pepanthan Kismorejo, Macanan, Kebakkramat dan
Tasikmadu dalam pembinaan GKJ Karanganyar.
Pada 28
Agustus 1968 Pepanthan Tawangmangu,Ngargoyoso, Gondosuli, Karanglo,
Karangpandan, Bangsri dan Matesih menggabungkan diri menjadi dewasa dengan nama
GKJ Tawangmangu. Kemudian pada 25 Maret 1975 memanggil Pendeta yaitu Ds.Suripto
Christoforus.
Dalam usaha
pendewasaan GKJ Kismorejo, Maka GKJ Karanganyar telah mempersiapkan sejak tahun
1974. Dimana Pepanthan Kismorejo, Tasikmadu, Macanan dan Kebakkramat
diprogramkan untuk dijadikan satu Gereja Dewasa dengan GKJ Kismorejo sebagai
Induknya. Untuk persiapan pendewasaan dibentuk Majelis Wilayah sebagai
persiapan Majelis GKJ KIsmorejo yang dewasa.
Majelis Wilayah tersebut beranggotakan : Sumanto.Ms, Suwarso
Purwoatmojo, Suwardi Widyoutomo, Suwardi Padmowiyoto, Yohanes Lasmono Adji
Sujarwo, A.Surahman, Sutardi, Soemaryo, Suwarno, Daryanto, dan Sukarno. Pada
tanggal 6 November 1977 GKJ Kismorejo, Tasikmadu, Kebakkramat dan Macanan
mengadakan serahterima dengan GKJ Karanganyar sebagai pertanda bahwa
Pepanthan-pepanthan tersebut telah dilepaskan dari GKJ Karanganyar dan menjadi
Gereja Dewasa dengan nama GKJ Kismorejo. Surat serahterima dibuat dengan nomor
083/GKJ/Kra/P/XI-1977 tanggal 6 November
1977 diserahkan di GKJ Kismorejo dengan ditandatangani oleh Wakil dari GKJ
Karanganyar adalah Sukarman Hs dan wakil dari GKJ Kismorejo adalah Sumanto MS.
Dengan lahirnya GKJ Kismorejo menjadi Gereja Dewasa berarti di Kabupaten
Karanganyar terdapat tiga Gereja Kristen Jawa yang dewasa yaitu GKJ
Karanganyar, GKJ Tawangmangu dan GKJ Kismorejo.
Sebagai tempat
ibadah, untuk Gereja Induk, atas kerelaan hati Ibu Warsiyem Mangunsuwito
mempersembahkan tanah pekarangannya di dukuh Kismorejo, nomor C 540 seluas 400
M2 pada tanggal 18 Agustus 1973 sebagai realisasi keinginan Bp Mangunsuwito
almarhum ang telah mempersembahkan tanah tersebut untuk dimanfaatkan sebagai
tempat berdirinya gedung GKJ Induk Kismorejo. Pepanthan Tasikmadu memilki tanah
seluas 400 M2 diperoleh dari Desa, demikian pula Pepanthan Macanan mempunyai
tanah seluas 200 M2 yang diperoleh dari Desa dan Pepanthan Kebakkramat memiliki
tanah seluas 200 M2 diperoleh dari persembahan warga yaitu Bp. Sumardjo pada
tanggal 26 April 1980. Perkembangan selanjutnya pada tanggal 12 Februari 1978
dibuka tempat ibadah baru di dukuh Jetak Desa Papahan Kecamatan Tasikmadu di
rumah Ibu Hadisutjipto.
Sejalan dengan
perkembangan jemaat yang membutuhkan penggembalaan Pendeta yang lebih baik maka tidak mungkin
terus menrus mengandalkan pada Pendeta Konsulen. Maka pada tahun 1986 GKJ
Kismorejo memprogramkan untuk memanggil Pendeta dengan ditindaklanjuti dengan
pembentukan Panitia Timbalan Pendeta pada tanggal 14 Desember 1986 yang
diketuai oleh Bp.Sumpono Driatmodjo. Atas usaha panitia tersebut akhirnya
berhasil menetapkan dua orang calon Pendeta yaitu Ds.Warjilan yang kemudian mengundurkandiri
dan Hery Nugroho hanya sampai sebatas orientasi. Dalam tahun itu pula diperoleh
lagi dua calon Pendeta yaitu Sdr.Tanto Kristanto dan Sdr.Emmanuel Sigit
Sadmoko, akan tetapi kedua calon Pendeta tersebut akhirnya mengundurkan diri
sehingga sampai tahun 1988 Panitia belum berhasil mendapatkan calon Pendeta.
Sejak Oktober 1989 Panitia menghubungi
Sdr.Kristriyanto,S.Th seorang tamatan
STT Duta Wacana Yogyakarta untuk bersedia dicalonkan menjadi Pendeta di GKJ
Kismorejo. Selain itu dari warga GKJ Kismorejo juga ada seorang tamatan IAKS
yang juga bersedia dicalonkan yaitu Sdr.Wagimin warga Pepantan Macanan. Dengan
demikian ada dua calon Pendeta,dimana setelah diadakan pemilihan calon Pendeta
pada tanggal 23 Desember 1989 diperoleh hasil Sdr.Kristriyanto,S.Th mendapatkan
suara terbanyak dan terpilih menjadi Calon Pendeta Kismorejo.
Untuk
penggenapan persyaratan sebagai seorang Pendeta maka pada tanggal 23 Juli 1990
di Kismorejo diadakan Sidang Istimewa Ujian Pendeta untuk diri
Sdr.Kristriyanto,S.Th dimana hasilnya Sdr.Kristriyanto,S.Th dinyatakan Lulus.
Pada tanggal 6 November 1990 dilaksanakan upacara Pentabisan Pendeta di GKJ
Pepantan Tasikmadu.
Sejak pemanggilan Pdt. Kristriyanto S.Th. menjadi Pendeta GKJ
Kismorejo, Pastori atau rumah dinas Pendeta berada di Perum UNS Jati, Jaten
Karanganyar. Pastori dengan status kontrak. Hal ini dilakukan karena Pastori
GKJ Kismorejo yang berada di kompleks gereja Induk tidak layak huni. Maka untuk
menanggulangi hal tersebut Majelis Gereja memutuskan untuk mengambil kontrak
rumah sebagai Pastori di Jalan Agrika No. 115, Perum UNS, Jati, Jaten
Karanganyar.
Dalam perjalanan waktu, GKJ Kismorejo menerima persembahan sebidang
tanah dari keluarga Bp. Djoemadi R. Tanah berada di Dusun Kebakan, Desa Sapen,
Kecamatan Mojolaban Sukoharjo seluas 197 m2. Untuk mempermudah pengurusannya,
tanah tersebut diatasnamakan Bp. Imanuel Suwarman yang saat itu menjadi Ketua
Majelis GKJ Kismorejo. Dengan pemahaman bersama bahwa tanah tersebut adalah
milik GKJ Kismorejo.
Pada tahun 2000 tanah Pastori mulai dibangun. Dengan dukungan segenap
Warga Gereja, bangunan Pastori dapat diselesaikan pada tahun 2002. Meski belum
selesai 100%, pada tahun 2002 tersebut Pastori sudah ditempat Pdt. Kristriyanto
beserta keluarga. Penempatan Pastori GKJ Kismorejo di Kebakkan RT 3 RW 10,
diawali dengan slup-slupan, menghadirkan segenap warga Gereja maupun tetangga.
Munculnya perumahan di Perum Josroyo dan KCVRI (Korps Cacat Veteran
Republik Indonesia) yang berjarak 2 km dari gedung gereja Induk GKJ Kismorejo
memiliki fenomena tersedii. Keberadaan perumahan tersebut menjadi pertimbangan
untuk didirikannya tempat ibadah tersendiri di wilayah Josroyo.
Juga ditambah dengan kondisi gereja Induk GKJ Kismorejo sedang
dibangun sejak tahun 1994, serta permohonan Bp. Soemanto MS agar rumahnya di
Bulu digunakan sebagai tempat ibadah. Alasan
lain yang lebih mendasar adalah adanya pewartaan Injil di daerah Bulu, agar
semakin banyak orang mendengar dan dapat menerima Inji Yesus Kristus. Dengan
catatan, pada saat itu Bp. Soemanto menjadi Kadus Bulu, Desa Jaten Kecamatan
jaten. Untuk itu tempat ibadah di Bulu bisa menjadi alternative warga Jemaat
yang akan beribadah dengan jarak lebih dekat, karena terdapat warga Jemaat yang
cacat fisik di KCVRI. Sehingga kesempatan beribadah tidak terdapat halangan.
Oleh karena suatu hal, tempat ibadah di Bulu tidak bisa digunakan
lagi, oleh karenanya ibadah perlu berpindah tempat. Ada yang berpendapat ibadah
di Bulu atau di Induk sebelah Barat tidak diteruskan lagi, karena tidak terlalu
jauh dari gereja Induk. Namun dengan pertimbangan pengembangan wilayah dan
alternative beribadah sore, maka tempat ibadah di wilayah barat gereja Induk
tetap diadakan.
Upaya mencari tempat pindah ibadah tidak terlalu rumit, ketika Bp. Dwi
Joko Irianto mengijinkan salah satu tempat tinggalnya digunakan untuk ibadah.
Maka sejak tahun 1998 tempat ibadah di Bulu berpindah di Josroyo. Tepatnya di
jalan Imam Bonjol Perumahan Josroyo yang saat itu ditempati kelarga Bp. Wakidi.
Oleh karena itu ibadah berada di lantai dua, sedang keluarga Bp. Wakidi
menempati lantai satu. Ibadah diselenggarakan pada sore hari, pk. 16.30, dengan
memberi kesempatan warga Gereja yang tidak bisa beribadah di pagi dan siang
hari di Induk. Maka ibadah sore di Josroyo adalah salah satu alternatifnya.
Oleh karena kesadaran pribadi, tempat ibadah Josroyo dipersembahkan
keluarga Bp. Dwi Joko Irianto ke Majelis GKJ Kismorejo. Majelis GKJ Kismorejo
menindaklanjuti penyertifiktannya, sehingga tanah seluas 80 M2 dengan luas
bangunan 150 M2 ( 2 lantai) status Hak Guna Bangunan No.2516 atas nama Sinode
Gereja-gereja Kristen Jawa berkedudukan di Salatiga (menjadi milik GKJ
Kismorejo).
Menyadari bangunan fisik yang sudah relative tua dan terlalu sempit
untuk kegiatan jemaat, maka Jemaat menyepakati dilakukan pembangunan gedung
gereja induk. Pembangunan dilakukan secata total, dengan merubuhkan bagunan
lama, berikutnya membuat bangunaan baru yang lebih luas. Bangunan masih
menggunakan tanah lama, yakni di Dusun Kismorejo, Jalan Raya Solo-Karanganyar,
Km. 10,3 Jaten Karanganyar.
Bangunan tanah gereja seluas 373 M2, diisi bangunan seluas 300 M2.
Dikerjakan sejak tahun 1994 sampai dengan tahun 1998. Selama bangunan gereja
(lama) dirubuhkan, dan bangunan (gereja) baru sedang dikerjakan, ibadah dan
kegiatan jemaat bertempat di rumah keluarga Soemanto MS di Jumok Jaten, sekitar
500 m arah timur dari gereja Induk. Setelah selesai pembangunannya, maka sejak
tahun 1998 gedung gereja Induk digunakan, dan dapat menampung jemaat sebanyak
250 orang.
Sejak tahun 1997 Pepanthan Kebakkramat dan Pepantan Macanan
dipersiapkan menjadi sebuah gereja dewasa. Dua pepeanthan tersebut selanjutna
disebut sebagai wilayah utara GKJ Kismorejo. Sosialisasi pendewasaan
disampaikan ke warga gereja wilayah utara, serta dimasukkan pada program kerja
Majelis GKJ Kismorejo. Disamping sosialisasi atau penjemaatan, juga disampaikan
pemahaman tentang Tata Gereja perihal proses pendewasaan dan tanggung jawab
sebuah Gereja dewasa. Tanggung jawab itu meliputi hal Teologia, daya dan dana.
Teologia berkaitan dengan dogma/ajaran gereja, daya berkaitan dengan tenaga
kemajelisan dan pelayanan gerejawi, serta dana berkaitan dengan pembiyayaan
organisme gereja.Pada akhirnya, pada hari Selasa Kliwon tanggal 1 Juli 2009,
wilayah utara didewasakan oleh Majelis GKJ Kismorejo dengan nama GKJ
Kebakkramat, dengan 2 wilayah pelayanan yaitu wilayah 1 di Kebakkramat dan
wilayah 2 di Macanan.
Dengan dewasanya wilayah utara maka mulai saat
itu wilayah pelayanan GKJ Kismorejo meliputi Induk Kismorejo yang terdiri dari
5 Kelompok, Pepanthan Papahan dan Pepanthan Tasikmadu, dimana saat ini
masing-masing dalam upaya pertumbuhan baik dalam segi fisik maupun dalam segi
jemaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar