Renungan Minggu 29 Maret 2015
Tuhan Yesus memasuk kota Yerusalem dari Betania. Sebuah
desa yang berada 3 km. arah timur dari Yerusalem. Memasuki Yerusalem, ibarat
Tuhan Yesus masuk ”kandang singa”. Meski awalnya disanjung oleh para para
pengikut dengan kata kemuliaan: ”Hosana!” (Yoh 12:13), tapi berikutnya berbalik
menjadi: ”Salibkan Dia!”. Hosana (Yun: Wsanna, Osanna, Hosana)
berarti: Kami mohon kepadamu, selamatkan kami; berubah menjadi salibkan Dia,
artinya: singkirkan Dia, kami tidak membutuhkan-Nya. Yesus Kristus mengalami
penderitaan, sengsara dan wafat di tengah kota Yerusalem. Akhir kehidupan dan akhir
pelayanan-Nya berada di tengah kota ini.
Kondisi menderita berhimpitan
dengan status Mesias. Nubuat Allah melalui nabi menunjuk pada mesias atau juru
selamat sebagai Mesias menderita. Mesias yang siap berkorban sampai pada
wafatnya untuk menebus dosa-dosa seluruh umat manusia. Ketentuan Allah perlu
ditanggapi secara benar, yakni sikap taat dan setia. Yesus Kristus mau, taat
dan setia dalam menjalankan misi penyelamatan, dengan melalui proses menderita,
wafat dan bangkit dari wafat-Nya. Ia memaknai penderitaan sebagai jalan menuju
sukses. Sukses memenuhi nubuat para nabi maupun nubuat yang disampaikan-Nya
sendiri, sukses memenuhi amanat ”Anak-Ku yang Kukasihi” dari Allah, sukses
bangkit dari wafat sebagai kemenangan atas kuasa dosa.
Filipi 2:8-9 menegaskan bahwa
penderitaan Yesus Kristus adalah bagian dari pilihan-Nya. Ia adalah Allah dalam
kemuliaan, tetapi mau menjadi manusia dalam penderitaan. Ia mengosongkan
diri-Nya untuk menjadi hamba dan direndahkan sampai pada penghinaan di kayu
salib. Justru melalui jalan inilah kesetiaan dan ketaatan pada mandat Allah
diuji. Ia lulus ujian, sehingga lolos menjadi Mesias sejati. Mesias untuk
selamanya (tanpa terbatas waktu), untuk semua umat manusia (tanpa batas jumlah
dan tempat), untuk kekal (di dunia dan surga).
Penderitaan bermakna ganda, yaitu penghalang dan pendukung. Penderitaan
menjadi penghalang yaitu menghalangi kelancaran dan semangat beraktifitas. Oleh
karenanya, kebanyakan orang tidak mau menerima penderitaan. Sebaliknya
penderitaan justru bisa menjadi pendukung, artinya mendukung kesadaran manusia
atas keberadaannya untuk berserah diri kepada Allah, mendukung untuk berserah
diri kepada Allah demi suksesnya. Yesus Kristus memilih penderitaan sebagai
pendukung menuju sukses, dan telah sukses. Orang beriman sepantasnya memilih
demikian. Penderitaan hidup adalah pendukung untuk berserah diri kepada Yesus
Kristus demi sukses pemulihan keutuhan keluarga, sukses kuliah maupun
pekerjaan.
Pertanyaan Renungan:
(1)
Apa
maksud dan tujuan orang banyak mengambil daun palem dan menyongsong Yesus
Kristus, dengan seruan: ”Hosana!” (ay. 13).
(2)
Sikap-sikap
positif apa yang bisa muncul dari kondisi seseorang menderita?
(3)
Penderitaan
apa yang Saudara temui dan rasakan pada waktu akhir-akhir ini?
===
Tuhan
Yesus Memberkati ===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar